Unknown




Kini aku menyerah…

            Lelah menerka hati yang aku sendiri ragu untuk memlikinya. Menyambung rindu yang tak tahu kapan akan berakhirnya. Aku ragu, hatiku tak terlalu lapang untuk menerima penolakan. Dan juga cinta yang tak leluasa aku berikan. Bukan, bukan karena aku tak mencintaimu sepenuhnya. Hanya saja dia yang terpilih menjadi alur ceritamu, lebih sempurna jauh terlampau dengan ku yang apa adanya.

            hina saat  kata – kata menjelma dan mengemis. Memohon cinta dan berharap ia bahagia tanpa ada tangis. Sesombong itu kamu merasa bisa menyakiti, ketika aku sudah dilema untuk mencintai. Tiap harap aku sambung dalam do’a, lalu kau tepis dengan segala pesona.

Kini aku sadar…

            Kagum ku hanya berakhir dalam sebuah tulisan. Perlahan kabur lalu tak sanggup lagi untuk bertahan. Berteriak dan meronta ?, kini ia tak lagi jadi pelampiasan.

 Kini kesndirian kian memburu…

 Orang bilang aku akan lekas melupakan. Tapi tak tahukan mereka?, dengan berkata seperti itu malah membuatku semakin tak kuasa menahan peluh tangisan. aku tak pernah ikhlas dengan keputusan ini. Aku terlalu percaya sebuah kenyamanan bisa kuhadirkan. Tapi nyatanya dia yang sempurna selalu jadi pilihan. Dengannya mungkin akan kau temu bahagia. Tapi denganku kau akan tahu rasanya dipertahankan. Lalu dimana letak hati yang harus rela menunggu?.

Aku rasa hanya kamu yang bisa menjawabnya…
Unknown




Teruntuk hati yang sedang mengerang dengan suara parau, bersabarlah sejenak. Terkadang memang takdir tak pernah sedikitpun datang dan berpihak. Beribu kali lamunan mengintip dan menyambut air mata. Mengertilah, semuanya tak cukup untuk menghapus semua duka.

Teruntuk Kamu yang selalu sempurna menghadirkan luka. Percayalah, dengan mu aku akan selalu coba merajut cerita yang indah darinya. sebab hari demi hari yang mungkin akan terasa sangat menyiksa, akan terbayar lunas walau hanya dibalas dengan sapa.

Aku masih disini.
Di balik kaca jendela menengok kemana perginya rinduku.
Di balik buku yang aku berpura baca saat mencuri pandang akan indah mu.

“Hentikan aku”

Hentikan aku untuk jatuh cinta dan terus berjuang hingga lupa waktu. Bukan karena aku lelah, hanya saja aku tak mau kehadiranku merubah sikap angkuh mu. Tetaplah jadi wanita yang arogan dan angkuh untuk mengenalku. Karena aku sadar semakin raga ini dekat, sebegitupula aku akan coba menahan rindu dengan siasat

Hentikan aku untuk jatuh cinta dan terus menari dengan khayal yang fana. Sebab aku lebih suka dinding beku yang tercipta diantara kita. Berulang kali aku coba memberanikan diri berbincang, tetapi tetap saja sisi pengecut ku hadir dengan lancang. Sekejap aku membalut luka lebam di hati, sebegitu cepat pula ia kembali memar karena ulah ku sendiri.

Tidak, Kamu tak pernah bersalah !!!
Akulah yang memulainya tanpa bisa mengakhirinya.

Kalau ada yang harus terhapus dari skenario ini,
Akulah orangnya.
Akulah yang harus lenyap dan hilang dari fantasi kecil ini
Jatuh cinta dengan ikhlas dan sekejap kehilangan segalanya !!!
Merindu dengan syahdu, dan terkapar dimakan watu..
Unknown




- untukmu yang tak memilihku, tak pernah juga memberi ruang pada perasaan ini.
           

            Pernah sekali kamu bertanya hal apa yang paling aku sukai di didunia, membaca buku dan traveling jawab ku dengan mantap. Tak terasa hampir ribuan judul buku dan berbagai genre pernah ku baca,dan hampir setiap destinasi wisata yang elok pernah ku singgah. ingatkah kamu, kitapun dipertemukan dengan cara yang indah pula. Berkenalan di salah satu gunung pendakian yang indah di daerah jawa timur. Satu hal yang masih ku ingat sekarang adalah, bagaimana aku memberanikan diri berkenal dengan mu. Menyapa mu di bbm, chat via whatsapp, hingga memberimu hadiah novel yang mungkin bisa kamu nikmati di waktu senggang. Aku masih ingat caramu berucap selamat malam dengan bahasa jawa yang mungkin juga itu adalah salah satu kosakata yang asing ditelinga ku, yaitu “Sugeng dalu”.
           
            Apakah ini cinta?. Aku rasa iya jawabnya. Hal – hal seperti stalking blog harianmu pun menjadi hobi yang baru, sebaru perasaan yang datang dengan hadirmu kurasa. Secepat itu kamu hapus duka lama yang aku pendam akibat cerita lama yang menggangguku. Akupun berlatih bagaimana cara mengungkapkan perasaan yang sesak ini. Tahu kah kamu, aku berlatih dengan membaca buku tentang cinta dan belajar dari pengalaman novel yang aku baca. Konyol memang, tapi inilah aku apa adanya. Kutu buku yang kolot dan aneh dimana aku mengharapkan kehidupan ala novel bisa menjadi kenyataan yang sejati dalam hidupku. Tapi ketahuilah jika ini semua adalah sebuah ukuran perjuangan, maka akulah yang paling berjuang untukmu. Lama hidup dalam dunia novel dan tiba – tiba muncul didunia nyata untuk bahagia.

            Dua puluh delapan hari kuhitung belajar menyatakan perasaan ini. Belajar menyatakan dengan lisan bagaimana rasa ini bisa hadir tanpa permisi. Tapi tetap nihil kudapati keberanian yang aku dapat dari novel atau buku – buku bijak tentang cinta. Lisan ku tetap mengatup erat dihadapanmu. Ingat kah kamu kasih, hari itu aku mengungkapkannya lewat pesan whatsapp yang kirim malam itu juga. Alhasil lihatlah betapa percuma buku dan novel yang kubaca. Nyatanya cinta tak berpihak pada si kutu buku hari ini. Kamu bilang tuhan tak memberi rasa yang sama seperti yang kurasa. Segera ku seka air mata yang jatuh percuma malam itu. Mencoba menenangkan hati yang masih tak bisa menerima kenyataan. Tapi satu hal yang harus kamu ingat. Aku akan selalu mempunyai ruang tentang mu walau mungkin tak pernah kutemukan akhir bahagia dalam cerita ini.

            Selang beberapa minggu aku memutuskan agar tidak berkomunikasi denganmu dalam bentuk apapun. Dan lihatlah, betapa bodohnya aku. Aku kira aku akan kuat dan bertahan tanpa kabar atau chat darimu. Nyata nya aku semakin rapuh. Aku sangat kehilangan dalam cerita ini. Jika ada hari dimana kamu membaca tulisan ini. Maka maafkanlah kebodohan si kutu buku ini. Kamu tahu aku tak seberani laki – laki lain yang bisa meminta maaf langsung kepada sang pujaan hatinya. Kamu tahu betapa harap ku selalu melebihi segalanya, lebih dari ego.
Unknown




Kamu Bilang Aku Bosan???

Dekat malu, jauhpun rindu. Itulah aku dengan segala kekuatan yang aku tumpu.Beribibu buku kubaca, tapi tak satupun rangkai kata yang tepat tersampaikan sayangnya.Entah kau anggap aku apa. tapi ketahuilah jika malam mu kelabu,Itu aku yang tak sanggup menyapa. lelah karna menunggu dan terabaikan lalu pergi tanpa dicari. Tiap – tiap harap aku sampaikan dengan jelas. Tapi abaimu selalu jadi jawab yang tanpa balas. Lalu sanggupkah hati untuk ikhlas?. Aku rasa terimakasihlah yang akan mencoba belajar untuk memelas.

Kamu Bilang aku telah bahagia???

           
Bahagia??? Sehat??? Hahaha???. Sesantai itu kau membalas pesanku, nyatanya, aku tak sekuat yang kau kira. Satu hal yang tak kupelajari dari membaca adalah menerka isi hati mu yang makin mebuatku kacau dalam khayal. Ucap dalam pesan bukan suatu ungkapan. Temui dan katakan, sebelum cinta hanya menjadi kisah air mata.
Unknown




            Jangan pernah hadirkan senyuman jika itu bukan untuk ku. Kesan – kesan yang mungkin perlahan membuatku berharap lalu kacau dengan khayal ku. Kisah ini memang berakhir penolakan, tapi aku tau nanar fikiran selalu berharap agar semua ternyatakan. Sejenak mungkin kamu tertawakan hati yang mengemis iba. Tahu kah kamu kasih, sebenarnya aku juga ingin ikut lepas tertawa juga bersama mu. Tapi mengapa harus luka ini yang ditertawakan?. Tak bisakah kita sama – sama tertawa dengan bahagia yang kian ranum terselip diantara canda tawa kita?.
Unknown


Aku takut kehilangan bukan berarti aku pernah memilikimu
Patah hati yang kurasa juga mungkin perlahan pergi tanpa membayangiku
Lalu harus dengan apa bukti cinta di padu
Jika ia sama sekali tak pernah menengok untuk saling bersatu

Susah payah harap tergantung tinggi
Namun terhempas angin badai bertubi – tubi
Penolakan menjadi jawaban untuk sebuah akhir cerita dan perjuangan
Tak hanya keikhlasan aku juga belajar tentang sakitnya jatuh tanpa dekapan

Jika saja aku Mampu……
Jika saja aku Mampu……
Jika saja aku mampu……

Aku ingin memejamkan mata dan menghitung satu sampai sepuluh
Berharap sampai hitungan itu aku sudah kupa segalanya
Segalanya tentang mu….

Satu.. Dua.. Aku mulai teringat bagaimana pertama kali kita bertemu dan perlahan menapaki tanah menuruni bukit

Tiga..Empat.. Aku ingat betapa Notif Whatsapp darimu adalah satu – satunya hal yang paling aku tunggu

Lima..Enam.. Pedih dimulai saat kamu bercerita ada hati yang lain betapa special dirinya

Tujuh…Delapan… Rasanya Mustahil Untuk melupakan ini semua

Sembilan..Sepuluh (Ku buka mata) dan kusadari semakin jauh aku melangkah pergi, betapa aku tahu aku tak pernah sekalipun ingin melupakan mu…  “Viva La Vida”
Unknown


Aku sapa daun basah pagi ini
Tampaknya ia malu dan menciut kembali
Mungkin ini pertama kalinya ia jatuh cinta
Dilema menangkap embun menyapa sang surya

Mau bagaimana ia pun tak bisa berkata
Mendamba hujan tapi ia datang dan pergi tanpa berita
Rasanya sang daun harus berhenti mengharapnya
Karna ia tahu mendung yang gelap selalu mengiringi hujan yang katanya jelita

Memang tak ada yang pernah mengerti perihal rasa
Mengharap bahagia dengan konsekuensi terluka
Akupun bergumam pada sang daun yang sedang kasmaran menggila
Bukankah Matahari lebih indah daripada hujan yang berisi ribuan tanda Tanya

Tapi sang daun dengan tegar menjawab semua tanya
Ia tegar dihunus bulir hujan yang tajam demi rasa kepemilikan
Aku pun takhluk dengan tekad yang ia punya
Walau dalam hati aku katakan semoga kamu bisa belajar arti keikhlasan

Unknown


Oh waktu…

Bisakah kau jawab aku walau itu hanya sebuah isyarat?
Bisakah kita berdialog walau mungkin kau sampaikan lewat angin?
Bisakah kita hanya berdua saja sampai aku lupa makna dari sebuah penantian?

Atau mungkin kita bisa berdamai agar aku tak lagi mencari – cari kemana dirimu.
Bercerita lewat kalbu betapa kian kejam ketika cinta dan waktu saling bertemu.
Atau mungkin aku yang terlalu munafik ingin bersandar lalu perlahan mengadu..
Menyampaikan betapa tak adil rasa sedih yang mungkin bukan karena kamu.

Oh waktu

Kalau mungkin kamu dengar aku
Kalau mungkin kamu memang ada
Atau bahkan sedang menari dengan rinduku

Hentikanlah dimensi waktu antara aku dan dia
Sampai hati aku mengaguminya dan ingin semua berhenti begitu saja
Bukan karena aku tak sanggup menerima takdir yang mengganti kepergiannya
Hanya saja aku tak ingin tiap detik hilang tanpa melihatnya

Oh waktu… waktu… waktu


Unknown


suatu saat aku harus mengerti keadaan dimana aku harus menyerah meraih sesuatu yang mustahil bagiku.Yaitu kamu, kamu yang sangat misterius untuk didefinisikan sebagai seseorang yang aku kagumi. Dan kamu yang terlalu hebat untuk memapah hati yang sedang kalut ini. Aku selalu menebak – nebak apa jadinya jika kamu tahu perasaanku yang sebenarnya. Aku selalu berkhayal bagaimana bisa aku yang lemah berkata dihadapanmu menjadi sosok yang hebat bagimu. Tapi hari ini aku sadar semua hanya mitos yang tertinggalkan kurasa. Dihapus waktu yang tajam dan mungkin tak akan lagi tersisa untuk diceritakan kembali.
Menunggumu membuatku tahu bagaimana hati bisa lemah dan sekejap bangkit ketika suaramu menyapa. Dan yang pasti membuatku tahu sisi lemah nan redup dari kesombonganku yang ingin menguasai singgasana hatimu. Dan sekali lagi membuatku tahu dalam penantian tak ada suatu bentuk hukum yang bernama “waktu”. Bagaimana mungkin aku bisa mempercayai waktu jika ia tak pernah berpihak padaku. Tak sedikitpun memberikan rongga yang membuat nyali ini dicabut dari tanah dan keluar sebagai maharaja.
Untukmu yang sedang kunanti – nanti, aku mohon jika rasa ini tak pernah bisa tersambut dan tersemai dalam hatimu, tinggalkan aku secepat mungkin. Jangan pernah meletakkan kesan yang membuatku sedih dan meronta – ronta menginginkan mu. Percayalah kalau memang aku tak pantas untukmu, maka pergilah melangkah tanpa senyuman sedikitpun dari wajahmu sehingga aku yang kecewa tak lagi mengharapkan senyum terakhir itu.. Aku tahu mungkin terdengar aneh jika aku sudah tahu kamu memang tak pernah memikirkanku sedikitpun. Mengabaikan pesan – pesanku. Dan mungkin sudah memberi isyarat untukku agar segera enyah. Tapi satu hal yang harus kamu tahu. Meski tertinggal oleh masa yang kamu tak pernah tau ujungnya. Aku akan jadi satu – satunya legenda yang menceritakan betapa perjuangan ini harus sengaja aku hentikan demi bahagiamu.

Unknown


Mungkin kebanyakan orang menganggapnya lemah, tak bersemangat menjalani hari, atau bahkan payah dalam menikmati hidup. Mungkin mereka sedang menerka – nerka rahasia dibalik wajah sendu yang tertutup dengan hijab panjang yang ia pakai. Merasa bahwa ia terkekang dengan segala titah tuhannya. Tapi begitulah hidup, berbagai sudut pandang digunakan sebagai alasan menghakimi seseorang.
Tapi apakah dunia tahu bahwa dia sedang mengukir waktu dengan lukanya. Matanya dibutakan sepeninggal kekasih yang mungkin sudah bahagia diatas segala – galanya.
Tapi apakah dunia tahu bahwa dia sebenarnya tangguh dengan caranya sendiri. Tak berusaha sedikitpun terlihat kuat atau bahkan melupakan sisa – sisa kenangan yang membuatnya patah hati tak terkira.
Tapi apakah dunia tahu dia sedang meniti jalan panjang yang ia tahu bahwa mungkin ia sendiri tak mampu untuk melaluinya. Tabah dengan perasaan yang selalu beriringan dengan hujan yang tak lupa membawa bingkisan padanya, yaitu ingatan tentang sosok yang ia damba meski tersirat luka.
Lalu yang aku tanyakan tentang setiap orang yang menasehatinya adalah,
Apakah kalian mampu tegar dan bersedih diwaktu yang sama?
Apakah kalian mampu tetap menjalani hari selagi kesedihan datang dan pergi?
Apakah kalian mampu menjalani kepedihan tanpa sombong dan terlihat tangguh dimata orang lain?
            Akan aku katakan dengan nada tinggi, kalian tak pernah sanggup!!!
            Kalian tak bisa setangguh dia!!!
Aku sendiri pun tak mampu walau hanya untuk membayangkannya. Tetap tersenyum ketika harapan berbuah luka. Ketika waktu terasa sangat lambat walau untuk dilewati saja.
Jika mungkin aku bisa mengenalnya, Mungkin aku akan selalu bertanya tentang mengapa kau tak jadi legenda saja?. Menceritakan betapa bertahan dari rintangan hidup kau jalani sendiri dan terlihat biasa saja.
Jika mungkin aku bisa mengenalnya, mungkin aku akan selalu ingin dia bercerita. Tentang bagaimana dia memilih tangis dan bukan tawa untuk mengobati lara. Tentang cara bertahan dari rindu yang kian rakus menggerogoti akal yang semakin tak logis senantiasa.

Dengannya kau bisa bahagia, tapi denganku kau bisa menangis sepuasnya.
Pilihlah, dunia tahu mana yang abadi. – Wira Nagara

Unknown



“di suatu hari tanpa sengaja kita bertemu
aku yang pernah terluka, kembali mengenal cinta
hati ini kembali temukan senyum yang hilang
semua itu karena dia
oh tuhan ku cinta dia
ku sayang dia, rindu dia
inginkan dia
utuhkanlah rasa cinta di hatiku
hanya padanya, untuk dia”
Anji - dia

                Mungkin beberapa hari ini senandung lagu diatas selalu terngiang – ngiang ditelingaku. Entah saat sedang menikmati udara pagi sambil minum kopi, atau saat tidak sengaja melihat notif chat dari dia. Entah kenapa jalan sedih masa lalu tiba – tiba hilang dan lenyap dimakan waktu saat lagu ini kuputar di salah satu playlist smartphone ku. Semua yang kuingat Cuma dia, dia yang memang sedang merajut ulang hati yang sedang robek ini.
                Satu hal yang aku ingat saat bertemu dengannya mungkin adalah cara dia menertawakan tingkah konyol ku dengan seringai aneh yang terukir cerita senja di wajahnya. Ia pun terkadang tak hentinya meletupkan lelucon absurd yang selalu membuat ku terpingkal – pingkal sampai tersengal nafas kecilku. Ah kalau difikir betapa konyolnya kita berdua. Dalam tawa selalu aku selipkan harapan betapa sangat ingin aku nyatakan betapa mencintainya adalah hal teraneh dalam setiap cerita yang tertulis. Bukan cara yang romantis untuk mencintainya memang, tapi aku harap dia tahu kalau aku selalu bahagia didekatnya. Entah bagaimanapun setiap orang mendefinisikan ari bahagia.
                Tak mendengar kabarnya adalah satu hal yang mungkin selalu aku takutkan disini. tapi mau bagaimana lagi, dia sudah memiliki komitmen untuk cinta yang lain dan bukan aku. Yang aku ketahui aku belajar mencintai lagi saat pengkhianatan tak membuatku percaya lagi arti sebuah romantika. Aku belajar banyak hal yang tak bisa kumiliki itu selalu indah dengan warnanya. Hanya saja aku takut dia membenciku saat aku harus jujur dengan perasaan ini. Hanya saja aku terlalu takut untuk menanyakan atau sekedar menyapanya lagi. Mungkin aku simpan saja rindu – rindu yang kalut ini. Biar tetap kita selalu menjadi dua orang yang konyol dan menyampingkan segala hal yang terlalu serius. Dan dalam hati aku tulis “untuk dia, terimakasih dan aku selalu mencintaimu dengan cara – cara konyolku”.
Unknown


Hari minggu mungkin adalah hari yang paling ditunggu – tunggu oleh sebagian orang. dari mulai mahasiswa atau siswa yang menunggu bel pulang, para pekerja kasar sudut metropolitan yang ingin berkumpul dengan keluarganya, atau bahkan hari yang tepat untuk berlibur melepas penat dan kabur dari depan layar komputer bagi sebagian pekerja yang mengejar deathline dikantornya. Tapi bagiku hari minggu punya kesan yang sangat berbeda dari orang lain kebanyakan. bagiku hari minggu adalah hari yang sangat menyiksa untuk dijalani. Karena jujur saja di hari – hari selain minggu aku bisa bertemu denganmu tanpa harus membuat janji terlebih dahulu. Entah dengan sengaja pura – pura meminjam buku catatan darimu dikampus atau bahkan tidak sengaja berpapasan denganmu di lorong kantor dosen. Tapi mengapa harus ada hari minggu?, mengapa harus ada hari libur untuk sekedar bertemu dan melepas kagum yang menggigil dalam hatiku?.
Aku benci dengan istilah weekend untuk hari minggu. Week untuk minggu dan End untuk akhir. Seakan – akan harus ada satu hari dalam satu minggu untuk mengakhiri kekagumanku dan menunggu hari esok sampai kita bertemu lagi. Bayangkan saja, aku memang tak berani mengawali pembicaraan melalui chatting denganmu. Karena mungkin dengan kondisiku yang sedang grogi ini bisa membuat pembicaraan kita semakin aneh dan kamu sendiri akan terganggu dengan chat – chat anehku. Saat hari minggu aku juga lebih memilih memantau semua media sosial yang kamu punya hanya untuk mengetahui sedang apa sih kamu disana?. Terkadang aku juga berharap – harap ada namaku dalam salah satu timeline medsos yang kamu buat. Tapi, ah sudah lah kamu pun tak pernah tahu tentang aku yang selalu memerhatikanmu.
Tahukah kamu, hanya dengan sapaanmu atau dengan kode “ping” yang  kamu kirim ke handphone ku, bahagia sudah menjadi kesombongan bahwa mungkin kamu juga meyukaiku. Aku tak pernah ingin kamu mengerti tentang apa yang kurasakan setiap harinya. Bertegur sapa saja sudah cukup bagiku. Aku harap aku tetap bisa melihat mu tersenyum berseri – seri setiap berpapasan denganku. Entah diakhir cerita kamu bisa tersenyum dengan siapapun, aku selalu berharap dia adalah aku yang dengan sederhannya hanya mengiginkan senyum mu.