Kini aku menyerah…
Lelah
menerka hati yang aku sendiri ragu untuk memlikinya. Menyambung rindu yang tak
tahu kapan akan berakhirnya. Aku ragu, hatiku tak terlalu lapang untuk menerima
penolakan. Dan juga cinta yang tak leluasa aku berikan. Bukan, bukan karena aku
tak mencintaimu sepenuhnya. Hanya saja dia yang terpilih menjadi alur ceritamu,
lebih sempurna jauh terlampau dengan ku yang apa adanya.
hina
saat kata – kata menjelma dan mengemis. Memohon
cinta dan berharap ia bahagia tanpa ada tangis. Sesombong itu kamu merasa bisa
menyakiti, ketika aku sudah dilema untuk mencintai. Tiap harap aku sambung
dalam do’a, lalu kau tepis dengan segala pesona.
Kini aku sadar…
Kagum
ku hanya berakhir dalam sebuah tulisan. Perlahan kabur lalu tak sanggup lagi
untuk bertahan. Berteriak dan meronta ?, kini ia tak lagi jadi pelampiasan.
Kini kesndirian kian memburu…
Orang bilang aku akan lekas melupakan. Tapi tak
tahukan mereka?, dengan berkata seperti itu malah membuatku semakin tak kuasa
menahan peluh tangisan. aku tak pernah ikhlas dengan keputusan ini. Aku terlalu
percaya sebuah kenyamanan bisa kuhadirkan. Tapi nyatanya dia yang sempurna
selalu jadi pilihan. Dengannya mungkin akan kau temu bahagia. Tapi denganku kau
akan tahu rasanya dipertahankan. Lalu dimana letak hati yang harus rela
menunggu?.
Aku rasa hanya kamu yang bisa
menjawabnya…