“di suatu hari tanpa
sengaja kita bertemu
aku yang pernah terluka, kembali mengenal cinta
hati ini kembali temukan senyum yang hilang
semua itu karena dia
oh tuhan ku cinta dia
ku sayang dia, rindu dia
inginkan dia
utuhkanlah rasa cinta di hatiku
hanya padanya, untuk dia”
aku yang pernah terluka, kembali mengenal cinta
hati ini kembali temukan senyum yang hilang
semua itu karena dia
oh tuhan ku cinta dia
ku sayang dia, rindu dia
inginkan dia
utuhkanlah rasa cinta di hatiku
hanya padanya, untuk dia”
Anji - dia
Mungkin
beberapa hari ini senandung lagu diatas selalu terngiang – ngiang ditelingaku. Entah
saat sedang menikmati udara pagi sambil minum kopi, atau saat tidak sengaja melihat
notif chat dari dia. Entah kenapa jalan sedih masa lalu tiba – tiba hilang dan
lenyap dimakan waktu saat lagu ini kuputar di salah satu playlist smartphone
ku. Semua yang kuingat Cuma dia, dia yang memang sedang merajut ulang hati yang
sedang robek ini.
Satu
hal yang aku ingat saat bertemu dengannya mungkin adalah cara dia menertawakan
tingkah konyol ku dengan seringai aneh yang terukir cerita senja di wajahnya. Ia
pun terkadang tak hentinya meletupkan lelucon absurd yang selalu membuat ku
terpingkal – pingkal sampai tersengal nafas kecilku. Ah kalau difikir betapa
konyolnya kita berdua. Dalam tawa selalu aku selipkan harapan betapa sangat
ingin aku nyatakan betapa mencintainya adalah hal teraneh dalam setiap cerita
yang tertulis. Bukan cara yang romantis untuk mencintainya memang, tapi aku
harap dia tahu kalau aku selalu bahagia didekatnya. Entah bagaimanapun setiap
orang mendefinisikan ari bahagia.
Tak
mendengar kabarnya adalah satu hal yang mungkin selalu aku takutkan disini.
tapi mau bagaimana lagi, dia sudah memiliki komitmen untuk cinta yang lain dan
bukan aku. Yang aku ketahui aku belajar mencintai lagi saat pengkhianatan tak
membuatku percaya lagi arti sebuah romantika. Aku belajar banyak hal yang tak
bisa kumiliki itu selalu indah dengan warnanya. Hanya saja aku takut dia
membenciku saat aku harus jujur dengan perasaan ini. Hanya saja aku terlalu
takut untuk menanyakan atau sekedar menyapanya lagi. Mungkin aku simpan saja
rindu – rindu yang kalut ini. Biar tetap kita selalu menjadi dua orang yang
konyol dan menyampingkan segala hal yang terlalu serius. Dan dalam hati aku
tulis “untuk dia, terimakasih dan aku selalu mencintaimu dengan cara – cara konyolku”.